Kamis, 25 April 2013

Sepeda.. Minggu.. Surabaya

Melihat tiga kata judul blog ini "Sepeda", "Minggu", "Surabaya", jelas mengarah pada bersepeda di Car Free Day Jalan Darmo Kota Surabaya. Pengalaman bersepeda ini saya alami pada 21 April 2013 lalu.

Setelah shalat Subuh, bersiap berangkat. menyiapkan sepeda yang sudah lama tak digunakan. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Matahari sudah bersinar terang. Teringat kalau tidak bawa sepatu ke Surabaya. Dengan modal sepeda, sandal japit, handuk kecil dan kamera pocket saya berangkat menjelajahi Kota Surabaya.



Jalan-jalan masih sepi, tak sedikit orang yang bersepeda maupun lari pagi. tampaknya sudah mulai membudaya olahraga di minggu pagi. Alangkah enaknya Surabaya jika seperti ini. hening tanpa suara knalpot kendaraan bermotor. melihat sesama warga bersepeda.

Sesampainya di daerah Darmo. sebuah pemandangan yang tidak terlalu jauh berbeda dari CFD Bandung. Mobil-mobil parkir beberapa meter dari Jalan Darmo. Entah mereka tidak punya sepeda, atau tidak kuat naik sepeda, atau malas naik sepeda dari rumah. Akhirnya sampai di Jalan Darmo. Penuh sesak orang bersepeda, berjalan-jalan, bahkan anak-anak bermain sepakbola memanfaatkan Jalan Darmo yang memang cukup lebar. Acara senam yang memakan badan jalan menyebabkan lalu lintas (bersepeda) menjadi macet. ternyata macetpun tidak hanya di hari biasa, bahkan CFDpun ada macet. 



Sudah cukup puas di CFD Darmo, saya kembali berangkat untuk menyusuri Kota Surabaya lainnya. Tujuannya adalah Tugu Pahlawan. Dari Jalan Darmo mengayuh melewati Jalan Basuki Rachmat, Embong Malang, dan Bubutan. Sampailah di Tugu Pahlawan. Keinginan untuk masuk akhirnya hilang setelah melihat padatnya wisata monumen utama Kota Surabaya ini. Karena sudah mulai siang (jam setengah 8, di Surabaya jam 9 matahari sudah sangat menyengat), akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Saat melewati Tunjungan Centre, saya baru tau kalau Jalan Tunjungan juga merupakan lokasi CFD.

Jalan Tunjungan merupakan Jalan Legendaris bagi Kota Surabaya. Pada Jalan inilah arek-arek Suroboyo berdarah-darah merobek bendera Belanda yang berkibar di Hotel Oranje (juga dikenal hotel yamato atau sekarang hotel majapahit). Kondisi CFD di sini cukup sepi. bahkan anak-anak sangat leluasa bermain sepakbola. berbeda dengan CFD Darmo anak-anak bersepakbola ditengah keramaian pesepeda. Di sini saya bertemu Pak Shaleh Mukadar. Pentolan Persebaya 1927 sedang membicarakan kondisi bonek dengan salah seorang yang mungkin merupakan pentolan bonek. Selain itu juga ada komunitas pesepeda 1945. Mereka mengenakan baju khas pejuang 45 dengan bersepeda kumbang yang sudah dimodif sehingga menarik. di CFD tunjungan masih ada beberapa pedagang yang berjualan tapi tidak seramai Jl. Darmo.


Dari Jalan Tunjungan melewati Grahadi, dan Taman Surya menuju ke Jalan Kertajaya. Ternyata Jalan Kertajaya juga digunakan untuk CFD. Namun CFD ini benar-benar sepi. Hanya ada beberapa orang yang bersepeda di sini. Tidak ada pedagang yang berjualan. Bocah-bocah sangat leluasa menggunakan jalan untuk bersepeda. Mungkin karena lokasinya yang tidak di tengah kota.





Selain ke tiga CFD tersebut. Saya juga mengunjungi Taman Ekspresi, Taman Apsari, Taman Surya. Lain kali jika ada waktu saya mau mencoba bersepeda sampai ke mulut Jembatan Suramadu.

Sabtu, 12 Januari 2013

Goa Tetes Lumajang Jawa Timur

Setelah dari Bali, Akhirnya weekend ini saya sekeluarga mencoba mengunjungi sebuah tempat wisata di Kabupaten Lumajang, yaitu Goa Tetes. Goa Tetes ini dahulu merupakan tempat wisata yang cukup terkenal dan banyak didatangi oleh wisatawan, namun saat ini goa tetes ini sudah jarang didatangi wisatawan. Goa Tetes terletak di Kecamatan Pronojiwo, dekat perbatasan  Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang. Jika anda sudah memasuki gerbang Kabupaten Lumajang dari arah Malang, maka siap-siap untuk lihat ke kanan, karena petunjuk goa tetes ini tidak terlalu terlihat, hanya tanda kecil di depan rumah warga.


Tanda Keberadaan Goa Tetes

Jika menggunakan mobil, kendaraan dapat diparkir di halaman rumah warga. Jika menggunakan sepeda motor maka dapat diparkir di dekat pintu masuk menuju goa tetes. Karena menggunakan mobil, maka saya harus berjalan kaki untuk mencapai pintu masuk menuju goa tetes. Harga tiket cukup murah yaitu 2000 perorang. Dari pintu masuk, saya harus menuruni jalan  terjal yang cukup panjang dan melelahkan. Jalan tersebut juga termasuk berbahaya karena hanya dilindungi oleh tanaman dan langsung ke jurang. Di tengah perjalanan kita sudah bisa melihat goa tetes dari kejauhan.

Goa Tetes Dari Kejauhan

Jika kita lihat dari jauh goa tetes ini merupakan goa dengan tetesan air yang deras menyerupai air terjun. Dari Jauh terlihat sangat indah. Terlebih goa ini dikelilingi oleh jurang dengan pemandangan yang menakjubkan. Namun perjalanan masih cukup panjang. Setelah berjalan cukup jauh yaitu sekitar 30 menit akhirnya sampailah di kaki air terjun. Sungguh luar biasa melihat keindahan goa tetes ini dari dekat.


Kaki Goa Tetes


Goa Tetes memiliki beberapa mulut goa yang saling terhubung. Namun untuk mencapai salah satu mulut goa tersebut, kita harus mendaki bebatuan yang dialiri "air terjun" yang licin dan berbahaya. Untuk mendaki air terjun tersebut diperlukan kehati-hatian, visi untuk mencari pijakan dan keahlian memanjat bebatuan yang licin. Cukup berbahaya karena jika terpeleset maka bisa terbentur ke bebatuan atau yang paling parah adalah jatuh ke jurang.

Goa Tetes

Setelah mendaki cukup tinggi akhirnya sampailah disalah satu mulut goa. Di Mulut Goa dapat dilihat keindahan stalaktit dan stalakmit yang terbentuk oleh aliran air. Tapi karena hari sudah menjelang malam, dan keterbatasan peralatan maka saya tidak masuk ke Goa. Untuk masuk ke goa dibutuhkan senter karena kondisi goa yang sangat gelap. Berdasarkan pengalaman orang yang telah masuk goa, kita akan mendapatkan view yang bagus jika mampu menelusuri goa. Di dalam goa kita akan masuk ke dalam air setinggi 1,5 meter dan melewati celah-celah goa yang sangat sempit. Celah goa tersebut kira-kira hanya selebar 60 cm. Untuk orang yang berbadan besar pasti kesulitan menerobos goa.

Keindahan dan keunikan dari goa tetes ini akan membuat anda betah untuk berbasah-basahan menikmati suasana goa tetes yang menakjubkan. Mendaki "Air terjun" yang menantang akan menjadi pengalaman menyenangkan yang tidak akan terlupakan. Goa Tetes ini wajib dijadikan tujuan wisata anda jika ke Jawa Timur.

Kamis, 10 Januari 2013

Inovasi tertib lalu lintas dari Polrestabes Surabaya

Baca koran di pagi hari memang menyenangkan. Bisa tau berita terkini, dapet informasi menarik. Baca koran dibawah sinar matahari pagi memang wajib hukumnya. Nah, kali ini bukan manfaat baca koran  yang akan saya bahas, tetapi isi berita yang saya baca. Berita ini saya kutip dari koran Jawa Pos, 11 Januari 2013. Berita ini berjudul "Polrestabes Launching Delapan Inovasi." Inovasi apa saja?

Delapan Inovasi Tertib Lalu Lintas

Awal tahun lalu, polrestabes Surabaya mendapat penghargaan berupa rekor MURI yaitu zero accident, crime and traffic jam dalam perayaan tahun baru. Kali ini untuk meningkatkan ketertiban pengguna jalan, Polrestabes Surabaya melaunching delapan program. Program tersebut antara lain:

1. Kalkir (Kanalisasi Lajur Kiri)
2. Jembatan Merah (Jangan Menerobos dan Menghambat di Lampu Merah)
3. STMJ (Surabaya Taat Marka Jalan)
4. Sluman Slumun Slamet dan Ransel (Kendaraanku Sehat dan Lengkap)
dan lain-lain (menyusul)

selain itu polrestabes masih punya satu program yang perlu diacungi jempol. Program ini bernama BONTERKLAS, "Bonek Pelopor Tertib Lalu Lintas". Dalam program ini Polrestabes menunjuk bonek yang dkenal ugal-ugalan di jalan sebagai pelopor ketertiban. Dengan adanya program ini diharapkan dapat merubah perilaku bonek menjadi tertib saat berkendara. Untuk merealisasikan program ini, Polrestabes mengundang koordinator bonek untuk menandatangani kesepakatan tertib lalu lintas. Kaslantas AKBP Sabilul Alif mengatakan "nek bonek ae iso tertib mosok sing liyo gak isin." 

Nama Bonek mulai menunjukkan nilai positif. Bonek menunjukkan antusiasme saat menyambut kedatangan QPR. Di dalam Stadion, kemeriahan dukungan bonek kepada persebaya pun mendapat pujian. Nama Bonek yang dulunya Bondo Nekat bisa berubah jadi Bondo dan Nekat!