“Hai orang-orang
beriman apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majlis, maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Al Mujadilah : 11)
Dua sabda Rasulullah SAW berbunyi “menuntut ilmu itu fardlu ain
atas setiap muslim” dan “tuntutlah ilmu walau di negeri cina”. Berdasarkan ayat dan hadits tersebut, maka belajar bukan hanya bermanfaat secara duniawi (mencari kerja, dan lain-lain) tetapi juga bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Di Indonesia, tingkat pendidikan khususnya di desa masih rendah. Berdasarkan pengalaman studio, keberadaan sarana pendidikan di beberapa desa sudah memadai, namun rendahnya tingkat kesadaran untuk menuntut ilmu masih rendah.
Ilmu bukan merupakan hal yang pasif. Ilmu terus mengalir dari
satu generasi ke generasi lain. Rasullullah SAW bersabda “barang siapa yang
belajar satu bab dari ilmu untuk diajarkan kepada manusia maka ia diberi pahala
tujuh puluh orang shiddiq.” Dalam sabda tersebut Rasulullah menyuruh
orang-orang yang berilmu untuk mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain. Hal
inilah yang menyebabkan muncul pepatah “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”.
Namun jika kita melihat sabda tersebut, bukan hanya guru yang wajib mengajar,
kita semua juga punya kewajiban untuk terus mengajarkan apa yang kita ketahui
kepada orang lain. Bahkan Rasulullah SAW bersabda “barang siapa yang mengetahui
suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya maka pada hari Kiamat Allah mengenakan
kepadanya dengan kendali dari api”. Tetapi jangan disalahartikan bahwa kita
harus saling membantu dalam ujian. Tentu saja ujian merupakan situasi yang
berbeda, yaitu sebagai pengujian dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam diri
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar